Posted by : Unknown
Minggu, 14 September 2014

YUK mari
Merapat !!….
Berbekal
ijazah SMA, Mas Mono hijrah dari Madiun ke Jakarta pada tahun 1994. Setibanya di Jakarta, Mas Mono, panggilan akrab Agus
Pramono, tinggal dengan kakak pertamanya di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Karena tak ingin membebani sang kakak, anak kelima
dari enam bersaudara ini lantas mencari pekerjaan. "Saya jadi sales makanan
ringan seperti kacang. Saya jual dari satu warung ke warung lain,
kisahnya". Setahun berjualan makanan, Mas Mono mendapat tawaran kerja
sebagai office boy (OB) di sebuah perusahaan konsultan. Tak punya pilihan
lain, beliau pun menerima tawaran itu. "Dalam hati saya malu sekali. Saya
disekolahkan paling tinggi dibandingkan dengan saudara-saudara saya yang lain,
tapi kok ya jadi OB dengan gaji pas-pasan," tuturnya. Pekerjaan Mas
Mono sehari-hari adalah menyapu, mengepel dan memfotocopi dokumen, namun,
disela-sela mengerjakan tugas pokoknya tersebut, mono belajar untuk
mengoperasikan komputer. setelah berhasil mengoperasikan komputer ia mencari
hasil tambahan dengan melayani jasa pengetikan skripsi.
Selama menjadi OB,
Mas Mono tak pulang kampung. Sebab, beliau tak punya cukup uang untuk membeli
tiket kereta. Bila banyak orang merayakan Lebaran di tengah keramaian, Mas Mono
malah sibuk mencari uang sebagai penjaga rumah orang yang sedang pergi
berlibur. Pernah beliau tidak menjenguk ayahnya yang sakit lantaran tak punya
tabungan. "Dari bapak saya sakit sampai meninggal di tahun 1998, saya
tidak bisa ke Madiun. Itu tamparan keras buat saya," katanya mengenang.
Tahun 2001 menjadi
awal pijakan Mono merambah dunia usaha. Beliau tinggalkan pekerjaannya sebagai
OB dan beralih menjadi penjual gorengan. Dia berani berdagang walau tak punya
keahlian apa pun tentang kuliner. "Saya cuma punya modal nekat,"
ujarnya. Di kamar sewaan berukuran 2,5 meter x 3 meter di Menteng Dalam, tempat
tinggal Mas Mono dan istrinya, bahan gorengan disiapkan. Bila bahan sudah siap,
ia mendorong gerobak gorengan tiap pagi.
Mau jadi pengusaha
itu jangan terlalu banyak mikir “nanti gimana” tapi “gimana nantinya aja”,
Ujarnya menasehati. “Dibuka dulu usahanya, kekurangan akan dibenahi seiring
berjalannya waktu”, Tambahnya lagi.
Mas Mono berjualan keliling sekolah-sekolah dan kompleks
perumahan. Jika azan maghrib telah berkumandang, ia dorong gerobak pulang
dengan membawa Rp 15.000 di kantong. Terkadang, bila ramai pembeli, ia bisa
bawa pulang Rp 20.000. Mas Mono sering berdagang gorengan di sekitar
Universitas Sahid di Jalan Prof Dr Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan. Suatu hari,
ketika ia tengah menunggu pembeli, ia terpikir berdagang ayam bakar. "Saat
itu, jarang sekali orang jual ayam bakar. Ditambah lagi masih ada lahan kosong
di sekitar kampus Sahid," ujarnya.
Yakin terjun ke usaha
ayam bakar, Mas Mono pun mencari modal. Akhirnya, beliau mendapatkan modal Rp
500.000 untuk membeli bahan dan bumbu ayam bakar serta perlengkapan memasak. Awalnya,
Mas Mono menyajikan ayam bakar, tempe, tahu, dan cah kangkung. Ketika itu, ia
menjual seporsi nasi plus ayam bakar Rp 5.000. Rupanya banyak yang menyambangi
gerobak Ayam Bakar Kalasan miliknya, baik mahasiswa, pegawai kantoran, dan
orang yang lalu lalang di Jalan Soepomo.
Waktu itu, ia
mengolah 80 ekor ayam per hari. Soal rasa, ia belajar otodidak dari saran dan
kritik para pelanggan. "Ada yang bilang pakai bumbu ini, pakai kecap itu,
nasinya jangan nasi pera,” ujarnya. Beliau pun mencoba menerima saran dan
kritik pembelinya itu hingga benar-benar menemukan rasa khas Ayam Bakar
Kalasan.
Kombinasi antara menu yang enak dan ketekunan, sedikit
demi sedikit ayam bakar Mas Mono membuahkan hasil. hari demi hari, minggu
berganti minggu, tahun beranjak tahun ayam bakarnya semakin laris. Warungnya
yang semula hanya menghabiskan lima ekor ayam sudah mampu menjual 80 ekor ayam
per harinya. karyawan yang semula hanya satu orang bertambah menjadi beberapa
orang. “Meskipun warung saya hanya kaki lima, namun saya menerapkan standar
operasional rumah makan besar. Karyawan memakai seragam, tidak memelihara kuku
panjang, tidak berkumis dan tidak berjenggot,” terang Mas Mono.
Melihat pengunjung
yang makin banyak, beliau pun memperluas lokasi usaha. Dengan bantuan lima
karyawan, ia mengubah konsep tempat makan, dengan menempatkan meja dan kursi
berpayung terpal.
Pada tahun 2004,
gerai ayam bakar Mono kena gusur. Ia pun memindahkan gerainya ke Jalan Tebet
Raya, Jakarta Selatan. "Waktu itu, Tebet sepi, tidak seramai sekarang.
Belum banyak usaha makanan juga," katanya. Dari sinilah, Ayam Bakar
Kalasan makin dikenal luas dan punya banyak penggemar. Beliau pun kemudian
membuka cabang di banyak tempat hingga beromzet ratusan juta rupiah per bulan.
“nggak ada yang tepuk
tangan nih ? wuaah, baru kelas ini nih yang diem-diem aja nggak ada yang tepuk
tangan” hahaha, cetusnya bergurau. Suasana yang hening pun kemudian menjadi
riuh karena tepuk tangan mahasiswa.
Gimana bos, udah ada
yang mulai nemuin inspirasi belum mau buka usaha apa biar bisa mendulang
kesuksesan seperti Mas Mono atau lebih besar dari itu (aamiiin) dan yang paling
penting kapan actionnya ? karena seperti yang dikatakan Mas Mono tadi jangan
terlalu “njlimet” mikirnya nanti gimana, gimana kalo nggak laku, gimana kalo
rugi ?! Justru inilah beruntungnya kita ketimbang Mas Mono atau
pengusaha-pengusaha lainnya yang telah sukses terlebih dahulu, saat ini diusia
kita yang masih muda, kita telah dibekali banyak ilmu dan motivasi serta
dibagikan berbagai kisah dan pengalaman mereka. Banyak akses untuk kita
mendapatkan ilmu, ada seminar, workshop dan lain-lain. Jadi, jangan sampaikan
kita sia-siakan kesempatan yang ada ini, ilmu yang telah kita dapatkan mumpung
usia kita masih muda. Setuju boss ??

Balik lagi ke Ayam
Bakar Mas Mono, tau nggak bos-bos sekalian kalau usaha sama beliaunya nih udah
banyak meraih penghargaan? Dan karena makin populer, beliau menerima tawaran
iklan dari Telkomsel sebagai bintang iklan dengan honor ratusan juta. beuuuh,
gilee benerrr !! Udah kaya artis aja nih mas ! hahaha. Kalau nggak percaya nih
lihat aja… CRIIING... Eaaaakk


Nah, itu
dia sederet penghargaan yang diraih Mas Mono, masih buanyak lagi sih
sebenarnya. Bos-bos bisa tanya sama mbah
google deh, hehe.
Sekian
dulu yak bos cuap-cuap tentang Mas Mono nya, semoga semangat dan kegigihan Mas
Mono bisa tertular dan segera kita aplikasikan dalam action yang nyata hingga
suatu hari ada yang postingin profil kita sebagai entrepreneur sukses seperti
yang saya lakukan saat ini. Aamiin Ya Rabbal ‘alamiin..
Maaf
kalo ada salah-salah kata yaahh.. J
Wassalam..
Related Posts :
- Back to Home »
- ayam bakar mas mono , Cerita , Kampus Bisnis Umar Usman , Kelompok Umar Satu , mas mono , umar usman »
- Mental Block Workshop Sesi 2 By Mas Mono

Popular Posts
-
Semangat Pagi Boss ! Kali ini kita akan ngebahas tentang profil semua tim manajemen kampus Umar Usman. Mungkin bos-bos sekalian udah p...
-
Jadwal kali ini adalah mengikuti seminar yang diisi oleh bapak adam nova. Adam nova adalah seorang business coaching. beliau telah men...
-
Bismillahirrahmanirrahim… Surah Ar-Rahman adalah surah ke-55 dalam al-Qur'an. Dinamakan Ar-Rahmaan yang berarti Yang Maha Pe...
-
Bos-bos yang saya cintai, saya kira hari itu tepatnya 2 Oktober adalah hari yang cukup special. Mengapa saya katakan demikian ? Karena s...
-
Assalamu'alaikum wr. wb. Pada hari Kamis (11-09-2014), Mahasiswa didik beserta Staff Pengajar dan Tim Manajemen Universitas Umar Us...
-
Nasab dan kelahirannya: Beliau adalah Umar bin khattabbin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurdh bin Razah bin Adi bin ...
-
Kami berprinsip, membahagiakan orang lain alangkah lebih baik jika kami pun bahagia melakukannya. Jika kami ikhlas dan tidak terpa...
-
Utsman adalah seorang saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal membukukan Al-Qur'an . Ia adalah kh...
-
Sekolah Umar Usman, diinisiasi oleh Ippho Santosa bersama Dompet Dhuafa pada tahun 2011. Ippho Santosa merupakan pakar otak kanan sekal...
-
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Di dalam islam sangat menjunjung tinggi kebersihan kerapihian dan juga ke indahan.Seseorang tidak...